Pengalaman Punya Anak Sakit Batuk, Pilek, dan Sesak

Foto anak saya yang sudah sehat

Menurut beberapa orang, anak itu seperti tanaman yang perlu dijaga dan dirawat sebaik mungkin. Bila kita berhasil menjaga dan merawatnya, kita akan menuai hasil yang baik. Buahnya adalah anak menjadi sehat, sukses dan berbakti kepada ke dua orang tuanya. 

Memikul amanah sebagai orang tua tidaklah mudah. Perlu kesabaran dan perhatian khusus dalam merawatnya. Karena anak sering kali membuat orang tua kebingungan. Terutama bila anak sedang sakit. 

Saat anak sakit, orang tua juga ikut merasakan sakit. Dalam kondisi tersebutlah orang tua pasti kebingungan. Karena anak yang sakit tidak memberikan pemberitahuan kepada orang tuanya, dimana letak sakitnya, dan mereka sakit apa. Kalau orang tua tidak siap,  dalam kondisi tersebut kita akan merasa panik.

Nah, karena itu saya ingin berbagi pengalaman kepada pembaca perihal merawat anak yang sakit. Ceritanya akan saya rangkum di bawah ini. Berikut dengan tindakan-tindakan yang harus dilakukan orang tua mengahadapi anak saat sakit.

Pengalaman Punya Anak Sakit Batuk, Pilek, dan Sesak

Mesin Nebulizer


Satu bulan yang lalu, tepatnya di hari pertama puasa tahun 2020 kami diberi ujian oleh Allah swt. Ujian itu berupa sakit, sakit yang di derita oleh anak kami Nashwa. Sakit yang di derita anak saya adalah batuk, pilek, dan sesak. Batuknya sangat panjang. Sampai anak saya menjadi sesak nafas karena batuknya yang tak pernah berhenti.

Karena sudah bertahan 3 hari lebih di rumah, dirawat sendiri di rumah. Namun, tidak ada perkembangan. Akhirnya, saya dan istri memutuskan untuk membawa ke rumah kakek dan neneknya. Pikir kami, barangkali ada solusi untuk penyembuhan sakit anak saya.

Setibanya di rumah mertua, anak saya diberi tindakan dengan membawanya pijat ke salah satu dukun pijat di rumah mertua. Seusai dipijat ternyata batuknya semakin parah. Anak saya sampai tak bisa tidur karena batuknya. Karena sudah tak tega mendengar batuknya. Akhirnya, saya bersama mertua, dan kakak ipar bermusyawarah untuk mengambil tindakan membawanya ke rumah sakit. 

Alhamdulillah, hasil musyawarah membawa anak saya ke puskesmas terdekat. Sesampainya di puskesmas, anak saya langsung diberikan tindakan dengan mengasapnya. 15 menit diasap, memberikan hasil yang cukup bagus, anak saya bisa tidur dengan lelap. Karena sudah merasa nyaman. Akhirnya, kami membawanya pulang.

Entah mengapa, sesampainya di rumah anak saya terbangun. Batuknya kambuh lagi. Batuk tak ada hentinya. Akhirnya, tindakan kami adalah membawanya ke klinik spesialis anak. Karena puskesmas sudah angkat tangan dengan anak kami. Sedih dan panik sudah bercampur aduk. Namun, kami harus tetap tenang dan mengambil tindakan yang tepat. 

Berangkatlah kami ke salah satu klinik spesialis anak. Ketika sampai di klinik, anak kami langsung diberi tindakan dengan memberikan inpus, oksigen, dan uap/asap. Alhamdulillah, anak saya langsung tidur. Seperti biasa, ia merasa nyaman dan tenang. Batuknya sudah mulai mengalami perkembangan baik. Di awal batuknya sering. Akhirnya, batuknya mulai berkurang. Tapi, tetap, sekali batuk durasinya panjang, lama untuk berhenti.

4 hari di opname di klinik, Alhamdulillah membuahkan hasil. Karena setiap hari anak saya diberikan obat batuk dan antibiotik. Selain itu diterapi dengan asap/uap (mesin nebulizer) dan fisioterapi dengan menggunakan lampu infrared sambil ditepuk-tepukkan di punggung dan dadanya. Hal itu dilakukan untuk mengeluarkan dahaknya yang berada di organ paru-paru.

Sebelumnya, sang dokter menanyakan apakah ayahnya perokok. Saya menjawab tidak. Saya bukan perokok. Kemudian sang dokter melanjutkan bertanya, apa di rumah ada yang merokok. Saya jawab ada. Akhirnya, sang dokter mendiagnosa bahwa anak saya batuk karena terkena asap rokok. 

4 hari itu, kami hanya berdua. Karena situasi saat itu sedang terjadi wabah penyakit covid 19 kami diberikan aturan oleh klinik. Pengunjung tidak boleh masuk atau menjenguk. Penjaga pasien harus dua orang. Itu pun tidak boleh diganti sampai pulang. 

Sungguh, itu menjadi pukulan buat saya sebagai ayahnya. Waktu itu saya harus berpisah dengan anak selama 4 hari. Karena yang menjaganya adalah istri dan ibu mertua. 

Perlu diketahui, saat masa wabah penyakit. Anak saya memang dicurigai terjangkit covid 19. Karena mengalami sakit yang serupa dengan gejala covid 19. Batuk, pilek, dan sesak. Padahal, sesaknya itu karena turunan genetik. Saya sebagai ayahnya memang menderita sesak nafas sudah lama. Akhirnya, dokter percaya, dan merawat anak saya sampai sembuh. Hanya dalam 4 hari anak saya sudah sembuh. Terbukti, bahwa itu penyakit turunan bukan virus.

Akhirnya, kami pun pulang. Namun, tetap melakukan rawat jalan. Setiap seminggu sekali anak saya dicek oleh dokternya. Alhamdulillah, telah sembuh kata dokternya. Yang menjadi perhatian saya, dokternya memberikan saran untuk menjaga lingkungan saya supaya tidak ada yang merokok. 

Akhirnya, kami benar-benar menjaga anak kami dari asap. Supaya tidak terulang kembali. Selain itu dokter juga berpesan anak saya tidak boleh digendong oleh seorang perokok, karena bau rokok di mulut dan di baju akan mudah menyebabkan anak batuk lagi.

Kambuh Lagi, Sakit yang ke Dua Kali dalam 1 Bulan

Oksigen

Takdir merupakan sebuah suratan yang kadang tidak bisa kita ubah dan harus kita hadapi. Begitulah kalimat yang tepat untuk kondisi saya saat ini. Tidak sampai berjalan 1 bulan, sakit anak saya kambuh lagi. Batuk tak henti-hentinya. Namun, tak separah di awal. 

Anak saya kambuh lagi, lantaran dia menghirup asap rokok. Karena waktu sebelum batuk. Ceritanya, ada tamu yang merokok di ruang tamu. Bau rokok dan asapnya menjadi satu rumah. Mulai dari kamar tidur dan ruang keluarga seperti terpapar asap rokok.

Alhasil, karena saya trauma dengan yang sebelumnya. Akhirnya, saya langsung bawa anak saya ke klinik. Meskipun kondisinya tak separah yang kemarin. Tapi, saya takut anak saya semakin parah sakitnya, seperti yang dulu. 

Alhamdulillah, disana langsung diambil tindakan. Meski dokternya tidak ada, karena waktu itu dokter libur tanggal merah. Namun, masih ada perawatnya. Ya, saya langsung meminta diopname saja. Walau tak separah yang kemarin. Karena tidak terlalu parah, anak saya cukup diberi uap/asap dan diinfus. 

Penjaganya kali ini adalah saya dan istri. Karena waktu berangkat, saya memang berdua dengan istri. 2 hari 3 malam saya berada di klinik. Tapi, perkembangan anak saya semakin parah. Bukan semakin sembuh. Tapi, karena waktu itu mendekati hari raya idhul fitri, sang dokter memberi keputusan pulang. Karena seluruh petugas kesehatannya besok libur. 

Otomatis, saya iyakan. Karena mau bagaimana lagi. Waktu itu di klinik tinggal anak saya seorang, pasiennya. Mau tidak mau ya harus pulang. Walaupun kondisi anak saya tak sebaik yang kemarin. 

Tapi, dokternya langsung memberikan pelayanan maksimal sebelum pulang. Dokter merasa kasian dengan anak saya. Karena sudah 2 kali diopname. Dokter memberi pesan yang sangat banyak, mulai dari harus bener-bener menjaga anak dari asap, anak saya katanya sudah sensitif dengan asap, jadi meski asap itu sedikit akan tetap ngaruh ke anak saya.

Kemudian dokter berpesan, jaga makannya juga. Takutnya alergi. Jaga suhu ruangan, takut alergi dengan dingin. Terakhir, jaga anak dari orang lain, takut alergi dengan orang lain, jangan sampai digendong orang lain. Karena ketika digendong orang lain, kita tidak tau ia punya penyakit menular atau tidak. Akhirnya anak kami dirawat di rumah dengan menyeterilkan semua yang disampaikan dokter.

Ketika ada tamu, yang menjenguk saya harus tegas untuk melarang merokok, menggendongnya/mencium/menyentuhnya. Demi pulihnya kesehatan anak kami. Walaupun dalam hati merasa tak nyaman karena melarang ini itu kepada tamu. Begitupun mertua juga berhati-hati. Tak pernah pegang anak saya. Meski di hati saya merasa kasihan, karena tak dapat menggendong cucunya sendiri. 

Mau bagaimana lagi, saya harus paksakan hati saya untuk tega dengan semua itu. Demi kesehatan anak tercinta. Alhamdulillah, dengan perawatan itu anak kami pun berangsur pulih. Meski tak dirawat di klinik. Mertua saya menyuruh untuk tetap siap siaga dengan merawatnya seeprti di klinik. Akhirnya, mertua membeli mesin asap/uap nebulizer. Setiap hari saya uap/asap seperti saat di klinik. Dan untuk mengganti infra merahnya, saya mengunakan panas matahari setiap pagi. Jadi, anak saya dijemur setiap jam 7 pagi, sambil ditepuk-tepuk punggung dan dadanya.

Saya melihat, perkembangannya masih lamban belum sembuh total. Anak saya masih lemas. Namun, batuknya sudah mulai berkurang. Akhirnya saya membeli tabung oksigen. Untuk membuat anak saya segar kembali. Dengan mempelajari penggunaannya akhirnya saya memberikan oksigen kepada anak saya hanya 10 menit. Anak saya langsung segar, meski tak sesegar seperti biasanya saat sehat. Namun, sudah menunjukkan perkembangan.

Meski alat kesehatan di rumah saya sudah lengkap. Saya tetap tidak memakainya sembarangan. Atau memakainya secara terus menerus. Perlahan-lahan, saya kurangi penggunaannya, baik yang asap, maupun yang oksigen. Alhamdulillah, anak saya mengalami perkembangan yang sangat pesat. Namun, masih tetap batuk.

Beberapa hari itu, kami kurang tidur. Memikirkan perawatan apa lagi yang harus dilakukan sehingga anak saya dapat sembuh total. Akhirnya, ada banyak masukan ke telinga saya. Mulai dipijat ke dukun spesialis asma, makan hati burung seriti, dan yang terakhir dioles dengan campuran minyak telon dan daun kemangi. 

Alhamdulillah, anak saya sembuh dan sehat kembali. Semoga seterusnya sehat. Semoga anak-anak yang menderita sakit ini juga bisa sehat. Semoga anak-anak yang belum menderita sakit ini, tidak sampai terkena sakit seperti ini. 

Cara Penggunaan Daun Kemangi dan Minyak Telon

Untuk merawat anak yang sedang menderita sakit batuk, pilek, dan sesak. Pembaca bisa menggunakan daun kemangi dan minyak telon. Dengan cara mencampurkan daun tersebut dengan minyak. Kemudian dipenyet sehingga daun tersebut merata dengan minyak telonnya. Lalu, kerokkan ke badan anak secara perlahan di areah leher, dada, punggung, dan seluruh tubuh. 

Sebelum dijadikan obat oles, daun kemanginya harus dibersihkan dulu dengan air hangat. Rendam selama beberapa menit. Kemudian, Anda bisa mengoleskannya ke tubuh anak. Lakukan 2 sampai 3 kali sehari. 

Perlu diingat, bahwa ini sebagai perawatan pendukung saja. Tetap ikuti saran dokter. Tapi, bila dengan menggunakan obat oles ini ada perkembangan. Silakan bisa dilanjutkan. Sampai si anak benar-benar sembuh. Karena pengalaman saya, anak saya sembuh lantaran dirutinkan mengoleskan daun kemangi dan minyak telon ke tubuhnya.

Selain itu, saya juga memeras daun kemangi tersebut. Kemudian hasil perasan tersebut yang hanya 2-3 tetes diminumkan ke anak. Insya Allah anak akan mengalami perkembangan kesembuhana yang baik. Seperti anak saya. Perlu diingat, tidak boleh lebih dari 3 tetes. Pembaca bisa menggunakan pipet untuk ukurannya. Sekira 0,1-0,3 ml diminumkan ke anak. Fungsinya untuk melegakan tenggorokan.

Itulah beberapa cerita pengalaman saya saat mempunyai anak yang sakit batuk, pilek, dan sesak. Semoga pengalaman saya ini dapat bermanfaat. 

0 Response to "Pengalaman Punya Anak Sakit Batuk, Pilek, dan Sesak"

Post a Comment